terlalu berlebihan memang, jika aq menyinggung tentang kehidupan,
usia ku yang masih 22 tahun , yang lom banyak menikmati asam garam kehidupan. Tapi menurutku, tidak ada salahnya mengungkap sedikit tentang hidup yang kujalani sampai saat ini.
Susah memang, dari dulu hingga sekarang.
Walopun sekarang tuh, q dah lebih bisa b’syukur atas apa yang ada, atas apa yang q punya. Rasa syukur tuh g lepas dari semua hal yang telah kulihat dengan mata kepala ku sendiri.
Masa2 pertama q di kota ini, terlihat lah jelas, bagaimana keadaan ibu kota itu sendiri.
Dari dalam taksi yang kutumpangi, aq melihat anak usia 7 taonan yang kucel menggendong bayi sambil memohon dengan mengetuk pintu taksi yang sedang menunggu lampu ijo. ‘seribu z mba’, gitu katanya. Uh miris hatiku melihatnya. Betapa tidak, bayi yang di gendong ank ituh sudah seharusnya tidur, malahan berkeliaran dijalanan.
Walopun miris, tetep z aq g bisa sembarang merogoh kocekku, berhubung ada larangan dari pemerintah kata pak supir. Tapi bener juga c, klo kita terus menerus memberi uang yang tak seberapa sebenarnya, sama z kita menyuruh mereka meminta minta lagi.
Naek bis lebih parah lagi, pengamen yang satu turun, pengamen lainnya datang lagi,
Katanya c mengais rejeki yang halal dengan menyumbangkan suara sumbang mereka. Tapi toh sama z ma peminta di tengah jalan.
Melihat itu smw aku harus bersyukur, .. bahkan sangat bersyukur.
Kadang dlam hati aq berpikir, kenapa mereka neh g pulang ke kampung halaman z, dikampung kan makan daun juga hidup, klo Cuma masalah makan doank.
Apa karna gengsi??, malu??.., aduh keknya lebih malu dunk jadi pengamen..
Di kampung gda lahan??
Ooppss omong kosong,.. di kampung ku z , banyak lahan,
Minjem lahan orang juga bisa, tunggu panen.
Tapi apa semua itu g seperti yang q pikirkan?..
Ntahlah , aq pun gtw.
Oo, masih susah dicerna akal sehat.
Mungkin inilah hidup.
Kalo pun pengamen g ada, mungkin kita g bisa tw betapa enaknya menjadi bukan pengamen,
Kalo tidak ada yang jualan kecil2 di bis, mungkin kita g bisa tw betapa enaknya hidup kita disbanding mereka.
Kalo tidak ada orang yang ngamen di pinggir jalan, mungkin kita kurang menikmati enaknya duduk di bangku bus patas, atau enaknya duduk di mobil sedan yang lengkap dengan ACnya.
Kalo tidak ada yang miskin, kita tidak akan tw klo kita tuh sebenarnya kaya.
Hahhahah, tapi untuk saat neh,
Orang yang kita liat jadi pengamen,
yang kita liat mengemis di tengah jalan ituhlah yang agak sedikit kurang beruntung dibanding kita.
Hmmmm,, inilah hidup.
Hidup yang harus bisa dinikmati dari 2 sisi yang berbeda.
Pada saat kita tidak melihat apa2 karena berada dalam gelap, hal ini berarti sebelumnya kita sudah melihat semuanya dengan jelas dalam terang.
Ketika kita tw dan merasakan rasa manis, berarti sebelumnya kita telah pernah merasakan pahit.
Dan begitulah hidup,
Smw tergantung kpd setiap orang dari sisi mana menikmatinya.
Mencukupkan diri untuk menikmati apa yang ada.
Pernah dengar kata ortu, “Nang dok di au luhut portibion, sai tong na hurang do tongtong”.
Artinya : walopun bumi dan seluruh isinya adalah kepunyaanku, aq akan tetap merasa kekurangan.
Setelah kupikir2, hhhmmm ternyata betul juga….
Kalo hanya aq yang empnya dunia, gda teman2, gda saudara, yah mana seru,..
G lucu z kan skul sndiri, kerja sndiri,..
Hahahhah,….
Gda loe, g rame..
Jadi intinya, hidup terus berputar, hidup terus berganti,
Bersyukur untuk segala sesuatu,..
Hingga berkat akan senantiasa tercurah, (Blessing)
Pencapaian demi pencapaian akan diraih, (Achievement)
Tujuan demi tujuan hidup semakin terbuka di depan mata.. (Goals)
posted by Murniati Simbolon