Ini ada renungan harian yang ane caplok dari Renungan Wanita..
Bagus loh, buat setiap orang yang galau dengan pekerjaannya saat ini..
cekidott..
Sebagai dosen sepenuh waktu, tugas
saya bukan hanya mengajar tetapi juga melakukan dua hal lain yang disebut TriDharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian
masyarakat dan penelitian. Bagi saya, penelitian adalah
hal terberat bagi saya. Bukannya saya tidak suka,
namun sesunguhnya saya merasa tidak bisa melakukan
sebuah penelitian.
Masalahnya, suka tidak suka,
saya toh harus melakukannya. Tidak mudah tapi saya tidak mau
menyerah. Saya hanya percaya ketika Tuhan menempatkan saya menjadi
dosen, maka Tuhan pun akan menolong saya
untuk melakukan semua tanggung jawab dan kewajiban.
Saya percaya Tuhan tak akan memperkokoh saya untuk melarikan diri
dari semua tugas tersebut. Tak ada kata: That’s not my job…
Tatkala bertolak menuju Niniwe,
Yunus paham benar bahwa keberangkatannya merupakan keharusan yang
dilakukannya sebagai hamba Tuhan.
Namun,
ditengah perjalanan, Yunus semakin enggan menjalankan
misinya. Ia merasa Tuhan pasti akan berbaik hati pada bangsa
ini. Jadi untuk apa dia berlelah - lelah mengabarkan Injil? Karenanya, Yunus berbelok
arah. Urung ke Niniwe, Yunus memilih Tarsis sebagai
tujuannya. Mungkin Yunus merasa bahwa that’s not his job.
Tak pelak lagi, Tuhan
yang rencanaNya tak pernah gagal menjewer telinga Yunus. DibuatNya laut
bergelora. Matahari tak memancarkan sinar lembutnya. Angin berubah
wajah menjadi garang. Kapal laut yang ditumpangi Yunus terhentak - hentak
hilang
kendali. Satu-satunya cara adalah melempar Yunus ke
laut yang sedang bergelora. Terhempas dalam lautan tak berdasar, Yunus pasrah
diri tak tahu apa yang bakal terjadi. Seekor ikan besar
telah menelan bulat-bulat tubuhnya. Tiga hari di dalam perut
ikan, Yunus mendapatkan kesadaran akan panggilannya sebagai hamba Tuhan.
Atas perkenan Tuhan, ikan itu memuntahkan Yunus.
Mengabarkan berita Injil di sana.
Menobatkan banyak orang sehingga Tuhan
tidak jadi menghukum kota itu.
WANITA, banyak di
antara kita yang telah menjadi orang Kristen.
Apakah kita telah memahami apakah yang menjadi tugas dan tanggung
jawab kita? Ataukah yang kita tahu hanyalah meminta dan menunggu
berkat dari Tuhan belaka?
Apa Sih Tugas Kita?
“ Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:19-20).
Firman Tuhan di atas mungkin
telah kita dengar, kita baca dan kita renungkan berkali -
kali. Mungkin kita juga sudah tahu, perintah Tuhan di atas bukan hanya ditujukan pada hamba Tuhan, para penginjil,
maupun pendeta; juga bukan untuk staf fulltimer lainnya; melainkan
ditujukan bagi semua anak Tuhan - artinya, untuk kita.
Yang dipertanyakan, apakah
kita bisa mengemban tugas itu?
Sigh… Tampaknya ini
memang bukan tugas dan tanggung jawab yang mudah. Apalagi
ketika kita menyadari bahwa lingkungan kita bukanlah lingkungan yang
mudah untuk menerima kebenaran Injil. Ditambah lagi dengan
kesadaran bahwa kita bukan orang yang pandai
berkata-kata, tidak hapal
ayat Alkitab, belum lagi kita adalah manusia yang masih punya salah dan
dosa; haduh….
dosa; haduh….
Semua itu seolah menghantui kita
untuk melakukan tanggung jawab yang diembankan Tuhan kepada
kita. Banyak sekali hal yang menghalangi kita. Namun sesungguhnya,
pemikiran kitalah yang
menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab itu.
Saya tak akan pernah mampu jika
saya membiarkan pikiran saya terus menekan
saya dengan mengatakan : KAMU TIDAK MAMPU
MELAKUKAN PENELITIAN. ITU BUKAN BIDANGMU. ITU BUKAN BAGIANMU. THAT’S NOT YOUR
JOB.
Pemikiran negatif pulalah yang
membuat Yunus berbelok arah. Pemikiran bahwa Tuhan toh
nanti akan mengampuni kota Niniwe dan penduduknya. Karena itu,
tak perlu dia berjerih
payah menyampaikan firman Tuhan pada penduduk Niniwe.
“IT’S NOT MY JOB, LORD. IT’S YOUR
JOB. YOU CAN DO IT BY YOURSELF”
Mungkin seperti itu yang ada dalam pemikiran Yunus.
WANITA, Tuhan bukan tidak mungkin melakukan semuanya itu sendiri.
Tapi Dia menginginkan bekerja
sama denganNya supaya Ia memiliki saksi bahwa kuasa dan KasihNya itu tidak
berkesudahan. Hidup keseharian kita merupakan saksi Kristus.
Karena melalui hidup kitalah,
maka banyak orang akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan. Melalui apa?
Tak perlu berkhotbah di atas
mimbar. Tak perlu berteriak di pinggir jalan. Kita bisa melakukan apa yang
kita bisa. Tak perlu jadi hamba Tuhan untuk menyatakan
kasihNya. Ibu rumah tangga pun memiliki banyak hal-hal
yang bisa dikisahkan berkenaan dengan kasih dan kuasa
Tuhan yang terjadi di tengah
tengah keluarga dan rumah tangga kita.
Salah seorang penulis Renungan WANITA
Jenny adalah seorang ibu rumah tangga. Tapi, dia pun
bisa melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai anak Tuhan.
Ia berbagi kisah tentang kuasa dan kasih Tuhan
melalui tulisan-tulisannya.
Penulis yang lain Vlorin adalah
seorang guru les Bahasa Inggris. Apa yang terjadi dalam
kesehariannya menjadi sumber inspirasi untuk menyatakan kasih dan kuasa Tuhan. Demikian pula halnya dengan Andika Witono yang sering berbagi tentang apa yang didengarnya dari khotbah para hamba Tuhan.
kesehariannya menjadi sumber inspirasi untuk menyatakan kasih dan kuasa Tuhan. Demikian pula halnya dengan Andika Witono yang sering berbagi tentang apa yang didengarnya dari khotbah para hamba Tuhan.
WANITA, itu baru satu cara untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab kita. Selain
menulis, masih banyak cara yang lain. Menjadi
inspirasi bagi orang-orang di sekeliling kita. Bagi suami, anak dan
tetangga (untuk ibu rumah tangga), bagi murid dan rekan kerja (untuk guru),
bagi klien dan partner kerja (untuk para profesional) dan sebagainya.
Bukan hanya dengan perkataan, tetapi terlebih dengan menjadi
teladan . Jadi, tidak ada alas an bagi kita untuk lari dari tanggung jawab
dengan berkata : THIS IS NOT MY JOB.
Setiap orang harus memikul kuk, bukan?
Tetap semangat ya. Engkau tidak sendiri.